-
Ketika Umat Islam Laksana Buih di Lautan
-
New Masyarakat.net
-
Aswar Hasan (aras)
Aswar Hasan
يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ ٱلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى ٱلْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا
فقال قائل: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟
قال: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ ٱلسَّيْلِ، وَلَيَنْزِعَنَّ ٱللَّهُمِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ ٱلْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ ٱللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ ٱلْوَهْنَ
فقال قائل: يَا رَسُولَ ٱللَّهِ، وَمَا ٱلْوَهْنُ؟
قال: حُبُّ ٱلدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ ٱلْمَوْتِ
Artinya;
"Hampir saja bangsa-bangsa saling memanggil satu sama lain untuk menyerbu kalian, sebagaimana orang-orang yang saling memanggil untuk menghadiri hidangan makanan."
Para sahabat bertanya, "Apakah karena jumlah kami sedikit saat itu, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Tidak, bahkan kalian pada hari itu banyak. Tetapi kalian seperti buih di lautan. Dan Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian terhadap kalian, serta Allah menanamkan dalam hati kalian penyakit wahn."
Seseorang bertanya, "Apakah wahn itu, wahai Rasulullah?"
-
Baca Juga :
-
Beliau menjawab, "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Abu Dawud).
Hadis ini bukan sekadar peringatan bagi kita sebagai umat Islam tentang masa depan, tetapi merupakan potret nyata dari keadaan umat Islam di banyak tempat hari ini. Umat ini jumlahnya besar (Islam adalah agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen, dengan jumlah penganut sekitar 2,05 miliar orang atau lebih dari 25 ?ri total populasi global sekitar 8,19 miliar jiwa (Juni 2025). Jumlah yang besar itu, tersebar di berbagai benua, memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan memiliki sejarah yang agung, tetapi sering kali tidak diperhitungkan dalam kancah global. Mereka dijadikan objek, bukan subjek. Mereka menjadi sasaran, bukan pemegang kendali.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Rasulullah ﷺ telah memberi jawaban yang sangat mendasar: umat ini akan banyak secara jumlah (mayoritas secara kuantitatif tapi minoritas secara kualitatif) mereka kehilangan substansi kekuatan, sehingga mereka laksana buih di lautan—mengapung tanpa arah, ringan, tercerai-berai, dan tidak memiliki daya dorong yang kokoh. Ini bukan soal statistik jumlah, tetapi soal kualitas iman, komitmen terhadap ajaran Islam, dan keberanian memperjuangkan kebenaran.
PENYEBAB KELEMAHAN
Dalam hadis tersebut, Rasulullah ﷺ menyebutkan dua penyakit yang menjadi sebab utama dari kelemahan itu: hubbu ad-dunya (cinta dunia) dan karahiyyat al-maut (takut mati). Kedua penyakit ini merusak fondasi kekuatan spiritual dan moral umat. Cinta dunia membuat manusia lemah dalam mempertahankan prinsip. Ketika dunia menjadi tujuan, kebenaran bisa tergadaikan. Ketika takut mati menguasai hati, maka keberanian menghilang, dan kebenaran tidak lagi dibela dengan sungguh-sungguh.
Padahal, kekuatan umat Islam dahulu bukan pada jumlah atau senjata, tetapi pada keikhlasan, pengorbanan, dan keberanian karena yakin akan kehidupan akhirat. Umat ini pernah menggetarkan dunia ketika mereka lebih mencintai akhirat daripada dunia. Namun ketika cinta dunia menjadi pusat perhatian, dan takut kehilangan kehidupan duniawi lebih besar daripada semangat hidup mulia atau mati syahid, maka Allah pun mencabut rasa takut musuh terhadap kaum Muslimin.
Hal ini terlihat dari bagaimana dunia memperlakukan umat Islam hari ini. Di banyak tempat, umat Islam diserang, dibunuh, diusir, dan dihina. Palestina, Suriah, Uyghur, Kashmir, Rohingya di Mianmar dan banyak wilayah lain adalah contoh dari “hidangan” yang diserbu oleh kekuatan dunia. Dan umat yang besar ini hanya bisa menyaksikan dengan sedikit kekuatan kolektif untuk mencegahnya.
Namun, hadis ini bukan sekadar berita duka. Ia adalah cermin yang memanggil umat ini untuk bangkit, merenung, dan berubah. Harus dicatat bahwa selama penyakit wahnmasih bercokol dalam hati, maka umat ini akan terus lemah. Tapi jika umat ini kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah, meninggalkan cinta dunia yang berlebihan, dan menumbuhkan keberanian serta semangat untuk hidup dalam kebenaran dan mati dalam kemuliaan, maka Allah akan mengembalikan kewibawaan umat ini.
Solusi itu bukan di luar, tapi di dalam diri kita sendiri. Ketika individu-individu Muslim mulai membebaskan diri dari keterikatan pada dunia, dan menghidupkan kembali semangat perjuangan Rasul dan para sahabat, cinta dan mengembanka ilmu pengetahuan, mempertinggi solidaritas, maka buih itu akan berubah menjadi ombak yang mengguncang samudra. Umat ini akan kembali disegani, bukan karena jumlahnya, tapi karena kualitas iman dan keberanian yang mereka miliki.
Inilah saatnya untuk bertanya pada diri kita masing-masing: apakah anda termasuk bagian dari buih itu, atau bagaitetesan air yang memperkuat gelombang menuju kebangkitan umat? Wallahu a’lam bisawwabe.
-
Update Info Covid 19 Nasional dan Internasional Disini:
-
Tag :
-
Komentar :
-
Share :