-
Dari Seratus Ribu Jadi 300 Pekerja: Kisah Inspiratif H. Ampang Sang Pelopor Ketahanan Pangan
-
New Masyarakat.net
-

H. Ampang Sang Pelopor Ketahanan Pangan (SMSI)
Gowa, MASYARAKAT.NET-Modal kecil, niat besar. Dari sepeda pinjaman dan Rp100 ribu, kini H. Baharuddin Dg. Ampang mampu memproduksi 40 ton beras per hari dan mempekerjakan ratusan warga.
Jika niat membantu banyak orang menjadi tujuan utama, besar kecilnya modal bukanlah halangan. Ungkapan itu dibuktikan oleh H. Baharuddin Dg. Ampang, pria sederhana asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dengan hanya Rp100 ribu di tangan dan sebuah sepeda pinjaman, kini ia berhasil mengubah hidup banyak orang — mempekerjakan 300 karyawan dan menggerakkan roda ekonomi warga sekitar.
Awal dari niat baik
Perjalanan panjang itu dimulai pada tahun 1995. Saat itu, H. Ampang yang akrab disapa Dg. Ngampang berkeliling kampung menjual beras dari rumah ke rumah. “Awalnya saya cuma ingin bantu orang-orang sekitar supaya bisa hidup lebih baik,” ujarnya mengenang masa lalu.
Usaha beras kelilingnya ternyata laris manis. Hasil penjualan yang terus meningkat membuatnya memberanikan diri membuka pabrik penggilingan padi berkapasitas satu ton per bulan. Tak disangka, langkah itu menjadi titik balik hidupnya. Permintaan beras terus meningkat, bahkan pesanan sering kali harus antre.
“Karena suplai makin banyak, saya beranikan diri memperluas pabrik dan menambah mesin kapasitas enam ton,” kata H. Ampang yang dikenal pendiam namun selalu ramah itu.
Memberi kerja dan harapan
Keputusan memperluas pabrik terbukti membawa dampak besar. Tak hanya memperkuat bisnisnya, tetapi juga membuka peluang kerja bagi banyak warga sekitar. Para petani kini tak perlu lagi membawa gabah ke kota — pabrik H. Ampang siap menampung hasil panen mereka. Bahkan, gabah dari Kabupaten Takalar pun ikut diserap oleh pabriknya.
Melihat suplai gabah yang terus mengalir dan permintaan beras yang meningkat dari berbagai provinsi, H. Ampang kembali menambah mesin penggiling dari PT Rutan.
“Saya tambah mesin lagi karena suplai gabah lancar dan permintaan dari provinsi lain, termasuk Papua, juga terus bertambah,” tuturnya.
-
Baca Juga :
- Presiden Prabowo Musnahkan Barang Bukti 214,84 Ton Narkoba Senilai Rp29,37 Triliun
- Ribuan Pemuda DIY Gelar Aksi Bersih Pantai dan Suarakan terkait Kenakalan dan Kriminalitas Remaja
-
Dengan tambahan mesin itu, produksi pabrik Pangampang Agung melonjak menjadi lebih dari 12 ton per hari, sebelum akhirnya terus berkembang hingga 40 ton beras kualitas medium per hari.
Dari penghargaan nasional hingga bisnis wisata
Kesuksesan tersebut mengantarkan H. Ampang meraih Piala Adi Karya Pangan dan Piala Pelopor Ketahanan Pangan dari pemerintah era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2012 dan 2013.
Namun baginya, penghargaan terbesar bukanlah piala, melainkan kesempatan untuk memberi manfaat bagi orang lain. “Sekarang total karyawan ada sekitar 300 orang,” ungkapnya dengan senyum penuh rasa syukur.
Bersama istrinya, Hj. Syamsinar Dg. Sambara, H. Ampang juga merambah dunia bisnis wisata dengan membuka Permandian Je’netallasa Sileo — destinasi keluarga yang kini ramai dikunjungi masyarakat.
“Ternyata sambutannya luar biasa, Pak. Sejak dibuka, pengunjung selalu ramai,” katanya sambil tertawa.
Nama yang jadi doa
Menariknya, setiap usaha yang digarapnya mengandung makna keluarga. “Pangampang Agung itu gabungan dari nama saya dan anak saya, Ampang dan Agung. Sedangkan permandian Je’netallasa diambil dari nama ibu saya, Tallasa,” ujar pria sederhana yang tetap setia menggunakan sepeda motor ke pabriknya setiap hari.
Kini, H. Ampang bisa tersenyum lega. Dari seratus ribu rupiah dan niat tulus membantu sesama, ia berhasil membangun warisan yang bermanfaat — bukan hanya bagi keluarganya, tetapi bagi ratusan orang yang kini menggantungkan hidup dari tangan dan hati besar seorang H. Ampang. (Nur)
-
Update Info Covid 19 Nasional dan Internasional Disini:
-
Tag :
-
Komentar :
-
Share :