-
Pengkhianat
-
New Masyarakat.net
-
Aswar Hasan (Int)
Aswar Hasan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يُنْصَبُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يُقَالُ: هَذِهِ غَدْرَةُ فُلاَنٍ".
Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Setiap pengkhianat akan dipasang bendera pada hari kiamat, dan dikatakan: 'Ini adalah pengkhianatan si fulan.'" (HR. Bukhari).
Setiap perjuangan selalu menghadirkan pengkhianat. Pengkhianat tersebut sangatlah berbahaya. Betapa tidak, karena pengkhianat itu dari kalangan kita sendiri yang banyak tahu apa yang sedang kita perjuangkan.
Pengkhianatan merupakan sifat paling rendah, buruk dan tercela dalam pandangan Islam sekaligus merupakan ciri menonjol bagi orang munafik dimana orang munafik itu, kelak ditempatkan oleh Allah SWT di dalam neraka jahanam di kerak dasar paling dalam (QS an-Nisa': 145).
Saking buruknya dan dibencinya sipengkhianat ini, shingga Allah SWT memberikan tanda khusus di hari kiamat bagi para pengkhianat ini, yaitu dengan bendera khusus sebagai tanda pengkhianatan yang mereka pernah melakukannya di dunia. Jika mereka para pengkhianat itu berkuasa di dunia, maka di akhirat kelak akan merangkak di neraka.
Para pengkhinat itu, sangat berbahaya sebab ia bermuka dua, licin dan suka menebar pesona. Padahal, hatinya penuh kebusukan yang nyata. Karena itu, kita patut waspada terhadap mereka. Allah SWT pun berfirman;
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS al-Anfal: 27).
Menghadapi seorang pengkhianat merupakan ujian berat, baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun profesional. Pengkhianatan melukai kepercayaan yang telah dibangun, mengoyak relasi, dan meninggalkan dampak emosional yang kokoh mendalam.
Islam sebagai agama yang sempurna memberikan tuntunan dalam menyikapi pengkhianatan dengan adil, bijaksana, dan tetap berada dalam batas-batas yang diridhai Allah SWT. Olehnya itu perlu mengamalkan prinsip :
1. Menyadari bahwa pengkhianatan itu, adalah ujian. Penting bagi seorang Muslim untuk menyadari bahwa setiap musibah, termasuk pengkhianatan, adalah bagian dari ujian hidup. Allah SWT berfirman: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu?"(QS. Al-Baqarah: 214).
Menyikapi pengkhianatan sebagai ujian akan menumbuhkan kesabaran, bukan hanya kemarahan. Ini bukan berarti membiarkan diri dizalimi, tetapi menahan diri dari balas dendam yang membabi buta.
-
Baca Juga :
-
2. Menjaga emosi dan tidak terburu-buru membalas dendam. Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam menghadapi pengkhianatan. Dalam banyak peristiwa, beliau tidak langsung membalas pengkhianatan dengan kebencian, tetapi mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih luas.
Dalam Perjanjian Hudaibiyah, misalnya, Rasulullah bersikap sangat tenang saat pihak Quraisy menunjukkan sikap licik dan tidak adil. Beliau mengajarkan bahwa membalas dengan kepala dingin adalah kekuatan, bukan kelemahan Allah berfirman: "Balasan kejahatan adalah kejahatan yang setimpal. Tetapi barang siapa memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya di sisi Allah." (QS. Asy-Syura: 40).
Namun, jika pengkhianatan itu membawa kerusakan besar, maka penegakan keadilan tetap harus dilakukan sesuai hukum yang berlaku. Islam tidak menganjurkan membiarkan kezaliman terus berlangsung.
3. Mengambil Hikmah dan Introspeksi diri. Penting untuk diingat bahwa setelah kita dikhianati, penting untuk merenung dan introspeksi. Apakah kita terlalu mudah memberi kepercayaan? atau apakah ada kelemahan dalam pengelolaan hubungan atau perjanjian? Ini bukan menyalahkan diri, tetapi bagian dari proses memperbaiki diri agar lebih bijak ke depan. Pengkhianatan bisa menjadi pelajaran besar untuk menilai karakter orang dalam membangun hubungan yang lebih sehat.
4. Menjaga jarak dan bersikap tegas. Jika seseorang telah terbukti berkhianat, maka adalah hak kita untuk menjaga jarak dan tidak lagi mempercayainya sebagaimana sebelumnya. Dalam Islam, tidak ada kewajiban untuk terus berhubungan dekat dengan orang yang membahayakan diri dan nilai-nilai agama.
Namun, penting untuk bersikap tegas dengan cara yang tidak melampaui batas. Ingat pesan bahwa: "Seorang mukmin tidak akan jatuh dari satu lubang yang sama dua kali." ini menekankan pentingnya kewaspadaan setelah pengalaman dikhianati.
5. Mendoakan dan menyerahkan urusan kepada Allah. Doa adalah senjatanya orang mukmin. Saat merasa terluka akibat pengkhianatan, berdoalah kepada Allah agar diberi ketenangan, keadilan, dan petunjuk. Sembari menyerahkan sepenuhnya balasan kepada Allah SWT. Dia Maha Mengetahui dan Maha Adil. Bahkan, dalam banyak kasus, membiarkan Allah yang membalas lebih pedih dan efektif dibanding balas dendam pribadi.
6. Meneladani Nabi dalam Memberi maaf bila memungkinkan. Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi membebaskan hati dari beban dendam. Jika seseorang benar-benar menyesal dan bertobat, Islam menganjurkan untuk memberi kesempatan kedua, dengan tetap penuh kehati-hatian. Nabi Muhammad SAW telah memaafkan banyak musuh yang dahulu menyakitinya, bahkan bagi yang telah membunuh keluarganya.
Menghadapi pengkhianat bukanlah hal mudah, namun Islam mengajarkan agar tidak larut dalam dendam dan tidak bertindak zalim dalam membalas. Dengan tetap menjaga martabat dalam menegakkan keadilan, sembari menyerahkan urusan kepada Allah, seorang Muslim akan menemukan kekuatan sejati dalam menghadapi pengkhianatan.
Namun, ia harus tegas, tapi jangan hilang arah. Karena di akhirat kelak, Allah sendiri yang akan mengangkat bendera atas setiap pengkhianat, sebagai tanda pengenal atas amal buruknya, sebagaimana sabda Nabi dalam hadis riwayat Bukhari tersebut. Wallahu a’lam bisawwabe.
-
Update Info Covid 19 Nasional dan Internasional Disini:
-
Tag :
-
Komentar :
-
Share :