A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/home/masy2394/tmp/sess/ci_session324fa598edc549fc671f83c31ba2757c1c2ae153): failed to open stream: Disk quota exceeded

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 176

Backtrace:

File: /home/masy2394/public_html/application/controllers/News.php
Line: 8
Function: __construct

File: /home/masy2394/public_html/index.php
Line: 294
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /home/masy2394/tmp/sess)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /home/masy2394/public_html/application/controllers/News.php
Line: 8
Function: __construct

File: /home/masy2394/public_html/index.php
Line: 294
Function: require_once

Wamen Fahri Hamzah: Inovasi Perumahan di Pesisir Bisa Jadikan Indonesia Miliki "13.000 Maladewa"
  • Wamen Fahri Hamzah: Inovasi Perumahan di Pesisir Bisa Jadikan Indonesia Miliki "13.000 Maladewa"

  • New Masyarakat.net
  • Wamen Fahri Hamzah: Inovasi Perumahan di Pesisir Bisa Jadikan Indonesia Miliki \"13.000 Maladewa\"

    Wamen Fahri Hamzah: Inovasi Perumahan di Pesisir Bisa Jadikan Indonesia Miliki "13.000 Maladewa"(Int)

    Jakarta, MASYARAKAT.NET-Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah menyampaikan bahwa penyelesaian krisis perumahan di Indonesia hanya dapat dicapai dengan inovasi kebijakan yang terfokus pada masalah lahan serta pendekatan berbasis karakter wilayah.

    Wamen Fahri mengatakan, permasalahan utama sektor perumahan menurutnya bukan hanya keterbatasan pembangunan, melainkan ketersediaan dan harga tanah.Ia menjelaskan bahwa dari berbagai diskusi dengan pengembang dan peneliti, diketahui bahwa komponen terbesar dari harga rumah adalah tanah, diikuti oleh perizinan. 

    “Tanah adalah isu utama jika kita bicara perumahan dan kebijakan perumahan sosial. Konsumsi lahan meningkat pesat, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa, sementara ketersediaan lahan terus menyusut. Harga tanah meningkat setiap tahun. Kalau dua hal ini bisa kita tangani, maka kita bisa menekan hingga 50?ri harga rumah,” tegas Wamen Fahri dalam Diskusi Tematik pada Forum International Conference on Infrastructure, Jakarta, Rabu (12/6/2025).

    Lebih lanjut, Wamen Fahri menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh bersaing dengan pasar dalam urusan tanah, melainkan menjadi fasilitator agar masyarakat dapat mengakses hunian dengan harga terjangkau. Sementara itu, sektor konstruksi dan teknologi pembangunan bisa dibiarkan berkembang secara kompetitif oleh swasta. 

    Dalam kerangka besar program nasional, pemerintah menargetkan pembangunan tiga juta unit rumah yakni satu juta di wilayah urban, satu juta di rural (perdesaan), dan satu juta di wilayah pesisir. Pembagian ini, menurut Wamen Fahri, bukan semata-mata angka, melainkan mencerminkan pendekatan kebijakan yang harus disesuaikan dengan konteks masing-masing wilayah.

    Untuk kawasan perdesaan, pendekatan yang diambil adalah renovasi rumah-rumah yang sudah ada. Karena mayoritas warga desa sudah memiliki lahan, fokus kebijakan diarahkan pada penyertifikatan lahan dan perbaikan fisik rumah. Setiap rumah akan direnovasi dengan dukungan dana sebesar Rp21,5 juta, di mana mayoritas dana tersebut digunakan untuk pembelian material. Pemerintah juga mendorong koperasi lokal untuk menjadi penyuplai bahan bangunan, sekaligus memperkuat ekonomi desa melalui program koperasi nasional.

    “Ini bukan hanya soal rumah, tapi tentang membangun ekosistem ekonomi di desa,” kata Fahri.


  • Baca Juga :

  • Di wilayah pesisir, pendekatannya berbeda. Pemerintah bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Pariwisata untuk menata kawasan nelayan agar menjadi kawasan hunian sekaligus destinasi wisata masa depan. Wamen Fahri bahkan menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menghadirkan “13.000 Maladewa baru” di sepanjang garis pantai Nusantara. Ini menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk mengembangkan hunian pesisir yang terintegrasi dengan ekosistem ekonomi maritim dan pariwisata.

    Sementara itu, untuk wilayah urban, tantangan utama adalah mahalnya harga lahan. Oleh karena itu, pemerintah mulai mendorong budaya hidup vertikal melalui pembangunan rumah susun. Wamen Fahri menegaskan bahwa subsidi harus diarahkan pada penyediaan lahan untuk hunian vertikal. Masyarakat harus mulai menerima pola hidup bertingkat, seperti yang sudah dilakukan di banyak kota besar dunia.

    “Tidak ada ketahanan pangan dan energi tanpa pengendalian penggunaan lahan. Dan untuk itu, kehidupan vertikal adalah keniscayaan,” ujarnya.

    Secara keseluruhan, Wamen Fahri menyebut bahwa sektor perumahan akan menjadi penggerak utama ekonomi nasional dalam satu dekade mendatang. Dengan proyeksi kebutuhan pembiayaan sekitar Rp30 triliun per tahun, program ini akan menyerap tenaga kerja, menggerakkan 185 sektor industri terkait, dan secara langsung menurunkan angka kemiskinan.

    “Setiap elemen pembangunan rumah menyentuh berbagai sektor dari semen, baja, kayu, sampai tenaga kerja. Ini adalah peluang besar untuk seluruh pelaku ekonomi nasional,” pungkas Wamen Fahri.(bur)

    #fahrihamzah





  • Update Info Covid 19 Nasional dan Internasional Disini:

  • Tag :

  • Komentar :

  • Share :



Baca Lainnya