-
Muslimah: Pilar Keluarga Beriman dan Berdaya
-
New Masyarakat.net
-
Muslimah: Pilar Keluarga Beriman dan Berdaya(Zuhri)
Strategi Nasional Menuju Keluarga Tangguh dan Bangsa Bermartabat
Jakarta, MASYARAKAT.NET — Di tengah semarak Milad ke-63 Wanita Islam, sebuah gagasan strategis dan menyentuh disampaikan oleh Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd., Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Republik Indonesia: bahwa perempuan muslimah bukan hanya penjaga rumah tangga, tetapi fondasi utama dalam membangun keluarga yang beriman, berdaya, dan tangguh menghadapi zaman.
Dalam sesi bertajuk “Muslimah sebagai Pilar Keluarga Beriman dan Berdaya: Strategi Nasional Pembangunan Perempuan dalam Keluarga Tangguh,” Dr. Wihaji menegaskan bahwa pembangunan perempuan harus dimulai dari rumah. Keluarga bukan sekadar unit sosial, melainkan ruang pertama pembentukan karakter bangsa. Dan di dalamnya, muslimah berperan sebagai pendidik, pemimpin, dan penjaga nilai.
"Ketahanan keluarga bukan hanya soal ekonomi atau struktur. Ia tumbuh dari nilai, cinta, dan kepemimpinan perempuan. Muslimah adalah penjaga peradaban yang dimulai dari rumah,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah dan organisasi perempuan seperti Wanita Islam dalam membina perempuan Indonesia agar mampu menjadi agen perubahan. Strategi nasional yang ia paparkan mencakup penguatan peran ibu sebagai pendidik pertama, pelindung nilai spiritual, dan penggerak kesejahteraan keluarga.
-
Baca Juga :
- Memartabatkan Perempuan dan Anak Lewat Kepemimpinan Muslimah
- Fatwa MUI Sebagai Pedoman dan Rujukan Umat
-
Sambutan pembuka dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Wanita Islam, Dra. Hj. Marfuah Musthofa, menjadi penanda arah perjuangan yang lebih luas. Dalam pidatonya yang penuh semangat,
Dirinya menegaskan bahwa Milad ke-63 bukan sekadar mengenang jejak sejarah organisasi, melainkan sebuah seruan untuk memperkuat tanggung jawab keumatan. Ia mengajak seluruh kader Wanita Islam untuk tampil sebagai garda terdepan dalam membangun masyarakat yang menjunjung tinggi nilai keimanan, keadaban, dan kemandirian.
Sementara itu, Ketua Panitia Milad ke-63 sekaligus Sekretaris Jenderal Wanita Islam menyampaikan refleksi mendalam tentang kekuatan organisasi. Menurutnya, Wanita Islam berdiri kokoh di atas dua fondasi utama: konsolidasi dan doa. Konsolidasi menjadi energi kolektif yang menyatukan langkah lintas wilayah, sementara doa adalah kekuatan spiritual yang meneguhkan arah perjuangan. Dua elemen ini menjadikan gerakan muslimah tetap relevan, adaptif, dan berdaya tahan di tengah dinamika zaman.
Sebagai penutup yang menyentuh hati, rangkaian Milad diwarnai dengan Doa Bersama untuk Negeri, dipimpin oleh Ustadzah Hj. Maryam Ahmad. Dalam suasana yang khusyuk dan penuh harap, lantunan doa mengalir lirih dari hati para peserta, memohon agar Indonesia senantiasa dilimpahi kedamaian, keadilan, dan keberkahan. Doa menjadi jembatan spiritual yang menyatukan nurani, melampaui batas geografis dan perbedaan, mengingatkan bahwa perjuangan perempuan muslimah juga berakar.(bm)
-
Update Info Covid 19 Nasional dan Internasional Disini:
-
Tag :
-
Komentar :
-
Share :