Partai Setan dan Partai Allah

Aswar Hasan 

"أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍۢ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُولَـٰئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ"

"Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan iman dalam hati mereka, dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya. Dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah partai Allah. Ketahuilah, sesungguhnya partai Allah-lah yang beruntung." (QS. Al-Mujadilah: 22).

Di sisi lain, ada partai setan sebagaimana firman Tuhan yang menyatakan
"ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَـٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَـٰنِ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ"

"Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. Mereka itulah partai setan. Ketahuilah, sesungguhnya partai setan itulah yang merugi." (QS. Al-Mujadilah ayat 19). 

Dalam Al-Qur'an, kata "partai" atau "kelompok" sering diterjemahkan dari beberapa kata Arab yang memiliki makna serupa, tergantung konteksnya. 
Kata Ḥizb (حِزْبٌ adalah kata yang paling mendekati makna “partai” atau “kelompok” dalam Al-Qur’an. Secara bahasa, ḥizb berarti kelompok, golongan, atau barisan yang bersatu dalam tujuan tertentu.
حِزْبُ اللَّهِ ḥizbullāh– Partai Allah disebutkan di Qur’an  Surat Al-Mujadilah: 22.

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan umat Islam bahwa posisi kita di hadapan Allah bukan ditentukan oleh klaim, simbol, atau golongan lahiriah, tetapi oleh akhlak, keimanan, dan komitmen kita pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Partai Allah bukan hanya orang yang berpenampilan religius, tetapi mereka yang menolong kebenaran, kebatilan, menjaga amanah, memperjuangkan kemanusiaan, dan tidak tunduk pada bujukan setan berupa kekuasaan, harta, atau ego.

Sebaliknya, siapa pun yang melakukan korupsi, menindas, menyebarkan fitnah, dan menjauhkan manusia dari Allah—meskipun membawa simbol agama—ia termasuk dalam barisan partai setan. hizbusy-syaithān (Partai Setan) disebutkan di  QS. Al-Mujadilah ayat 19. Dengan demikian, kata Ḥizb bermakna orang-orang yang berkumpul dalam keyakinan dan tindakan, baik yang mengikuti Allah maupun mengikuti setan.

Dalam tafsir Al Mishbah volume 13 dijelaskan, bahwa Ḥizb setan merugi karena setan telah menguasai mereka sehingga tidak berdaya lagi untuk mengelak lalu menjadikan mereka lupa mengingat kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya baik melalui ucapan maupun dalam hati mereka, sehingga mereka meniggalkan perintah-Nya dan mendekati larangan-Nya. Mereka itulah yang sungguh jauh dari keberuntungan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kelompok setan (Ḥizb Setan atau partai setan) merekalah saja orang-orang rugi yang mencapai puncak kerugian karena mereka meluputkan diri mereka dari kenikmatan abadi.

Sementara makna Hizbullah di sini adalah golongan yang loyal kepada Allah, menegakkan ajaran-Nya, mencintai sesama manusia, dan tidak tunduk kepada hawa nafsu atau sistem zalim. Hizbussyaitan tidak harus tampak jahat secara fisik, tapi siapa saja yang memihak kezaliman, memerangi nilai ilahiah, dan menolak kebenaran mereka itulah tergolong partai setan.

Di kedua ayat tersebut, Allah mengingatkan umat Islam bahwa posisi mereka di hadapan Allah bukan ditentukan oleh klaim, simbol, atau golongan lahiriah, tetapi oleh akhlak, keimanan, dan komitmen mereka pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Partai Allah bukan hanya orang yang berpenampilan religius, tetapi mereka yang menolong kebenaran, menolak kebatilan, menjaga amanah, memperjuangkan kemanusiaan, dan tidak tunduk pada bujukan setan berupa kekuasaan, harta, atau ego.

Sebaliknya, siapa pun yang melakukan korupsi, menindas, menyebarkan fitnah, dan menjauhkan manusia dari Allah—meskipun membawa simbol agama, ia termasuk dalam barisan partai setan. Pertanyaannya, di partai mana anda berada? Wallahu a’lam bisawwabe.